Selasa, 12 Januari 2010

CEPROTAN


(Cerita Rakyat dari Desa Sekar, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Pacitan)

Dahulu kala, di suatu daerah yang masih berupa hutan belantara dimana jalanan masih berupa jalan setapak dan penduduk yang masih jarang ditemukan datanglah seorang tua yang membuka hutan belantara tersebut. Orang tua itu bernama Ki Godek.

Ki Godek berniat akan membuka hutan tersebut guna dijadikan tempat tinggal dan tanah pertaniannya. Dengan segala kesaktian, keberanian, dan ketabahan yang dimilikinya, Ki Godek memulai membuka hutan belantara tersebut.

Ketika Ki Godek hampir selesai membuka hutan, datanglah sepasang saudara perempuan nan elok rupawan menghampiri Ki Godek. Melihat kedatangan dua wanita cantik tersebut, Ki Godek memilih untuk beristirahat sebentar. Kemudian terjadilah perbincangan antara Ki Godek dan dua wanita tersebut.

Ternyata nama wanita tersebut adalah Sekartaji dan Sukonandi. Mereka berdua berasal dari Kediri. Keduanya telah berjalan sangat jauh, oleh karena itu Sekartaji memilih untuk beristirahat di hutan yang baru dibuka olah Ki Godek namun Sukonandi, kakak Sekartaji, memilih untuk meneruskan perjalanan.

S ekartaji yang kelelahan merasa sangat haus. Dia meminta tolong kepada Ki Godek untuk mencari air kelapa untuk diminum. Melihat keadaan Sekartaji yang kehausan, timbul rasa iba pada diri Ki Godek. Akhirnya, Ki Godek memutuskan mencari air kelapa untuk Sekartaji.

Karena di hutan milik Ki Godek tidak terdapat pohon kelapa, Ki Godek harus mencari pohon kelapa di suatu tempat yang jauh sekali dari lokasi hutannya, yaitu di tepi pantai selatan yang sekarang bernama Desa Kalak. Sebelum pergi, Ki Godek meminta Sekartaji untuk menunggunya.

Ki Godek yang sakti menuju Desa Kalak dengan cara masuk ke dalam tanah agar perjalanannya menjadi lebih cepat, kemudian tempat Ki Godek masuk ke dalam tanah berubah menjadi sumber (teleng). Ujung dari perjalanan bawah tanah Ki Godek adalah di Desa Wirati Kalak. Ujung perjalanan bawah tanah Ki Godek tersebut berubah menjadi kedung yang banyak airnya dan dinamakan Dung Timo yang keluar di teleng (sumber) Desa Sekar.

Ki Godek berhasil mengambil air kelapa untuk Sekartaji. Setelah sampai di tempat peristirahatan Sekartaji, Ki Godek menyuruh Sekartaji meminumnya. Air kelapa pemberian Ki Godek pun diminum oleh Sekartaji namun Sekartaji masih menyisakan air kelapa tersebut dan dia menumpahkan sisa air kelapa tersebut di tempat itu. Peristiwa ini bertepatan dengan hari Senin Kliwon, bulan Selo atau Longkang ( Dzulkhijah). Sekartaji berpesan kepada Ki Godek agar menamai perkampungan di daerah tempatnya menumpahkan sisa air kelapanya tersebut dengan nama Desa Sekar dan sumbernya tempat dia menumpahkan air kelapa dinamakan Sumber Sekar.

Dalam merebut atau mencari sandang pangan (ngalap berkah) dari Pangeran atau kepada Tuhan pakailah cengkir sebanyak-banyaknya. Cengkir adalah kencenging pikir. Akhirnya setiap bulan Longkang, hari Senin Kliwon atau Minggu Kliwon diadakan peringatan ngalap berkah dengan melempar cengkir sebanyak-banyaknya, maka terjadilah yang dinamakan Ceprotan.

By:
Rohma Nur Azmi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar